LAPORAN KKN DI DESA PONOLAWEN KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

A.      Hakekat KKN

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kegiatan intrakurikuler yang pelaksanaannya mempertimbangkan keterpaduan aspek tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Bobot KKN dalam kurikulum STAIN Pekalongan sebanyak 4 (empat) SKS.

Pelaksanaan KKN tidak hanya dimaksudkan untuk mempersiapkan calon sarjana, melainkan juga mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan terjadinya transformasi sosial.

B.       Tujuan KKN

1.      Tujuan Umum

a.         Melaksanakan dan mengembangkan tri dharma perguruan tinggi secara sinergis

b.        Mempersiapkan calon sarjana yang mampu melakukan kerja-kerja perubahan sosial di masyarakat

c.         Mengembangkan pola kolaborasi antara mahasiswa, dosen, masyarakat dan pemerintah dalam kerja perubahan sosial

d.        Mewujudkan terjadinya perubahan sosial di masyarakat ke arah yang lebih berkeadilan dan humanis melalui kerja pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan

e.         Mengembangkan ilmu-ilmu keislaman transformatif

2.      Tujuan Khusus

a.         Optimalisasi peran dan fungsi masjid dalam mewujudkan transformasi sosial dibidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan.

b.        Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sebagai dampak positif dari upaya-upaya perubahan sosial yang dilakukan masjid ditandai dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia).

c.         Terbangunnya pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan STAIN Pekalongan dalam upaya percepatan pencapaian target MDG’s melalui institusi masjid dan madrasah

d.        Mengembangkan ilmu-ilmu keislaman transformatif yang berbasis pada persoalan-persoalan keumatan di lingkungan masjid

e.         Terbangunnya model pengabdian masyarakat berbasis masjid/madrasah yang berorientasi pada perubahan sosial, yang bisa dijadikan sebagai pusat-pusat pembelajaran bagi masyarakat, pemerintah, LSM, ormas baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional.

3.      Sasaran dan Manfaat KKN

Sasaran KKN STAIN Pekalongan Angkatan 39 Tahun 2015 adalah institusi STAIN Pekalongan, mahasiswa, dosen, masyarakat dan pemerintah. KKN STAIN Pekalongan diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a.      Bagi STAIN Pekalongan

1)             Berkembangnya ilmu-ilmu keislaman transformatif di STAIN Pekalongan

2)             Meningkatnya partisipasi dan peranan STAIN Pekalongan dalam memecahkan problem keumatan

3)             Meningkatnya pola kemitraan antara STAIN dan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah

b.      Bagi Mahasiswa

1)        Mahasiswa mampu mencipatakan pola relasi sosial (relationship) baik individual maupun kelompok yang mendorong proses transformasi sosial, termasuk transformasi konflik

2)        Mahasiswa terampil melakukan riset kritis atas situasi sosial keagamaan, assessment kebutuhan masyarakat dan pengambilan keputusan

3)        Mahasiswa mampu men-set-up dan menciptakan keberlangsungan organisasi sosial keagamaan, termasuk di dalamnya perencanaan, pembuatan kebijakan, merancang struktur organisasi, merancang strategi, negoisasi, lobby, legislasi, administrasi, serta mengorganisir sumber daya untuk keperluan program aksi

4)        Mahasiswa mampu membangun kemampuan dan kapasitas kelompok masyarakat, assessment dan analisa kebutuhan pelatihan, merancang pelatihan, merumuskan kurikulum peltihan, memfasilitasi proses pelatihan, monitorung dan evaluasi pelatihan

c.       Bagi Dosen

1)        Berkembangnya ilmu-ilmu keislaman transformatif sesuai dengan keahlian bidang ilmu masing-masing

2)        Meningkatnya partisipasi dan peranan dosen dalam memecahkan problem keumatan

d.      Bagi Masyarakat

1)        Terbangunnya pola relasi sosial (relationships) baik individual maupun kelompok di masyarakat yang bisa mendorong proses  transformasi social

2)        Terciptanya organisasi komunitas yang kuat, termasuk di dalamnya perencanaan, pembuatan kebijakan, merancang strategi, negoisasi, lobby, legislasi, administrasi, serta mengorganisir sumber daya untuk keperluan program aksi

e.       Bagi Pemerintah

1)        Mempercepat proses pembangunan yang dilaksanakan pemerintah

2)        Memperkuat kemitraan dan komunikasi timbal balik dengan STAIN Pekalongan

A.              Gambaran Umum Desa

1.      Sejarah Desa

Kehidupan merupakan salah satu naluri manusia di dalam mempertahankan hidupnya, suatu wilayah merupakan tempat yang harus dipertahankan, dengan batas-batas yang semestinya harus diakui dengan nama wilayah.

Memetik sebuah cerita dari Nenek Moyang, bahwa setelah berabad-abad bangsa indonesia dijajah oleh bangsa luar munculah pahlawan di dalam usaha mengusir penjajah.

Ketika sekitar masa kejayaan Sultan Agung setelah berhasil mengusir VOC dari batavia muncul pula kelompok-kelompok masyarakat kecil berebut wilayah dengan cara melakukan peperangan fisik, supranatural pun dilakukan demi untuk kemenangan kelompokya.

Ditengah-tengah masyarakat munculah seorang bijak yang oleh masyarakat setempat disebut Kyai PONO dengan kepandaiannya membuat Lawe akan tetapi keberhasilan usahanaya tidak membuat senang setiap orang.

Usaha ekspansi / perluasan wilayah ketimur oleh kyai PONO merupakan upaya dalam mensejahterakan masyarakat akan tetapi terbentur dengan kekuasaan kyai Brijah akhirnya terjadi pertempuran sengit yang tidak kunjung henti.

Khawatirlah masyarakat yang berdomisili ditengah-tengah yang merupakan  ajang pertempuran / peperangan. Maka dengan kekuatan yang dipinjam oleh kyai PONO akhirnya kyai Brijah dapat dikalahkan, barulah  Kyai Pono dapat memperluas dan mempersatukan tiga wilayah diantaranya:

Wilayah yang dipimpin Kyi Pono dengan keahliannya membuat Lawe maka disepakatilah menjadi nama Dusun Ponolawen. Pono berarti Pinter, Lawe yang berarti Lawean alias Lawen.

Karena wilayah tengah yang menjadi ajang pertempuran merasa sangat khawatir maka disebutkan dengan nama Dusun Petir dari nama Khawatir. Sebagai hadiah dari kekalahan Kyai Brijahan maka diberikan nama Dusun Brijahan. Strategi politik Kyai Pono telah berhasil mempersatukan masyarakat  ketiga Dusun yang merupakan sumber kekuatan satu kesatuan wilayah dengan nama Desa Ponolawen.

B.     Desa Pada Masa Lalu

Desa Ponolawen pada masa dahulu sangat jauh berbeda dengan desa pada masa kini. Hal ini terbukti dari keadaan masjid desa Ponolawen pada masa lalu masih sangat sederhana. Mushola-mushola pun masih belum banyak seperti sekarang ini.

Selain itu, warga masyarakat desa Ponolawen pada masa lalu masih belum peduli dengan pendidikan. Umumnya mereka hanya sekolah sampai tingkat SD saja. Setelah lulus sekolah SD, belum terpikir oleh mereka untuk merantau dan mencari pekerjaan di kota-kota besar seperti Jakarta. Setelah berhenti sekolah, mereka langsung saja bekerja membantu orang tua mereka di sawah sebagai petani.

Pada masa lalu, lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti TPQ pun belum ada di desa Ponolawen. Sehingga, ketika masyarakat desa Ponolawen ingin belajar Al-Qur’an mereka belajar ke guru ngaji atau ustadz terdekat dari rumahnya dan belum ada kepengurusan yang jelas dalam tempat mengaji tersebut.

C.     Desa Pada Masa Kini

Desa Ponolawendi era sekarang ini telah mengalami banyak perkembangan dalam bidang pembangunan dan perekonomian, hal  itu terbukti dari banyaknya rumah yang telah dibangun diatas tanah persawahan.Namun di desa Ponolawen para pemudanya banyak yang merantau ke ibukota untuk mencari pekerjaan dan mengubah nasib mereka. Sehingga kondisi desa ponolawen yang sekarang ini sudah cukup maju dari segi ekonomi dan kesadaran akan pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal. Akan tetapi, organisai kepemudaan belum terbentuk, hal ini dilihat dari kurangnya keterlibatan pemuda diberbagai acara yang diadakan oleh desa.

Sedangkan tempat peribadatan seperti masjid dan mushola di desa ponolawen sudah berdiri megah dan kokoh. Dari tiga dukuh di desa Ponolawen terdapat satu masjid dan enam mushola.

D.    Administrasi dan Pemerintah Desa

             Secara administrasi desa Ponolawen terbagi menjadi tiga pedukuhan, yaitu dukuh Brijahan, Petir, dan dukuh Ponolawen Kulon. Dengan luas seluruhnya  kurang lebih 380,25Ha/m2. Jenis tanahnya sebagian besar berwarna hitam dengan tekstur tanah berwarna abu- abu.

Dalam pembagian wilayah administrasi desa Ponolawen terbagi menjadi 6 Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun Tetangga (RT).

A.       Sejarah Masjid

. Masjid Jammi Darussalam merupakan hasil tanah wakaf dari Ibu Djaenah Siddah yang merupakan pak wo atau paman dari bapak Iriantono yang sekarang menjabat sebagai Kaur Kesejahteraan Rakyat di desa Ponolawen. Masjid yang ada di desa Ponolawen ini memiliki Luas sekitar 16 x 20 m²  yang terletak di dukuh Petir RT. 09 RW 03 Kesesi. Masjid ini ada dan didirikan sejak tahun 1960 an serta telah mengalami renovasi yang pertama pada tahun 1992. Pada tahun tersebut juga terucap Ikrar dan Pengesahan Akta Tanah dari ahli waris secara resmi dihadapan pejabat KUA (Kantor Urusan Agama) dan pengurus masjid pada masa itu. Namun pada masa itu belum ada dokumen (Sertifikat Akta Wakaf) yang disahkan oleh KEMENAG (Kementrian Agama).

Pada tahun 1992 selain direnovasi juga dibentuk kepengurusan secara formal dan melakukan musyawarah mufakat dengan para warga sekitar desa Ponolawen tersebut dan telah didapatkan nama yaitu Masjid Jammi’ Darussalam. Darussalam berasal dari kata ”Darul” yang artinya adalah tempat atau rumah, dan sedangkan ”Assalam” yang artinya adalah kesalamatan, Assalam merupakan salah satu nama Allah atau Maha Pemberi Keselamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa nama Masjid Jammi’ Darussalam memiliki arti ”Rumah Keselamatan” dan sampai sekarang  masjid itu menjadi kebanggaan dari masyarakat desa Ponolawen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

Kemudian Masjid Jammi’ Darussalam direnovasi kedua kalinya  pada tahun 2011 dan sampai sekarang yaitu tahun (2015) masih dalam tahap dikerjakan 90% proses renovasinya hampir selesai. Hanya saja masih kurang pada bagian atas yaitu kubah dan pagar masjid.

B.       Gambaran Jama’ah Masjid

Gambaran jama’ah Masjid Jammi’ Darussalam ini berasal dari beberapa Rt dan Rw yang ada di desa Ponolawen, baik dari dukuh Petir, Ponolawen Kulon, Brijahan Wetan, Brijahan Kulon serta beberapa Musholla yaitu: Mushola Baiturrohman, Mushola At-Taqwa, Mushola Al-Hikmah, Mushola Al-Iman, Mushola Al-Ghofur Mukminin dan Musholla Al-Muttaqim.

Jamaah Masjid Jammi’ Darussalam disetiap sholat wajib berjumlah lebih kurang dari 50 orang di waktu Maghrib dan Isya, dan 10 orang di waktu Shubuh, Dzuhur, dan Ashar. Pada saat sholat Jum’at jamaah lebih kurang dari 200-250 orang, karena masjid tersebut merupakan majid satu-satunya di desa Ponolawen, dan pada saat hari raya Islam jama’ah dapat mencapai sekitar 300 jama’ah.

Jama’ah Masjid Jammi’ Darussalam memberikan infaq setiap hari jum’at ke dalam kotak infaq yang telah disediakan oleh pengurus masjid. Biasanya infaq yang terkumpul setiap jum’at yaitu sebesar Rp. 3000.000  ( tiga juta rupiah ) sedangkan infaq yang terkumpul satu bulan sekali dapat mencapai Rp. 14.000.000 ( empat belas juta rupiah ) dan laporan tersebut akan dibacakan setiap satu bulan sekali.

C.       Peran dan Fungsi Masjid

1.        Pusat Kegiatan Keagamaan

2.        Pusat Pendidikan Islam

D.    Masalah Sosial di Sekitar Jamaah Masjid

1.    Kondisi ekonomi masyatrakat mayoritas adalah menengah kebawah

2.    Masyarakat yang mayoritas petani, sehingga sebagian waktunya dihabiskan di sawah dan ladang

3.    Keinginan dan semangat yang rendah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah)

4.    Kurangnya kegiatan keagamaan yang variatif yang dapat memotivasi para remaja dan anak-nak untuk pergi ke masjid

Ikhtiar yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan sosial:

1.    Mengadakan pengajian rutin sebagai kontrol masyarakat desa agar tetap dalam koridor aqidah.

2.    Barzanji setiap malam jum’at untuk mempererat tali silaturahim antar sesama muslim

3.    Mengadakan latihan rutin duror setiap ba’da shalat maghrib sebagai penarik minat warga untuk ikut jamaah shalat maghrib dan isya’. Sekaligus upaya menarik kreativitas remaja dan anak-anak dengan meng-cover-nya kedalam suatu wadah yang positif.

4.      Faham Keagamaan

                        Mayoritas jamaah masjid desa Ponolawen menganut faham Ahlusssunnah wal jamaah. Yang dimana organisasi yang diikuti masyarakat desa Ponolawen mayoritas adalah NU dan sebagian kecil Muhammadiyah.

A.           Bidang – Bidang Kegiatan KKN

1.    Program Kerja Fisik

a.       Plangisasi

 Tim KKN STAIN membantu membuat plang/ papan do’a masuk makam untuk makam dukuh Ponolawen Kulon atau area terdekat dengan posko KKN desa Ponolawen.

b.      Pemberian Alat Peraga

Tim KKN desa Ponolawen memberikan sebuah alat peraga kepada Ikatan Remaja Masjid Darussalam yang telah kami bentuk. Satu set alat rebana yang kami berikan pada tanggal 21 November 2015 semoga dapat menambah seamangat dan memotivasi anggota IRMAS yang baru supaya dapat berpartisipasi mengembangkan desa dengan kegiatan yang positif.

2.    Program Kerja Non Fisik

a.    Program Kerja Inisiatif Mahaiswa KKN

1)   Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan belajar ini secara rutin diadakan seminggu tiga kali, yaitu setiap malam Senin, malam Selasa dan malam Rabu. Mulai dari anak-anak TK, SD sampai SMP tidak ketinggalan untuk mengikuti kegiatan rutin yang dilaksanakan di Posko KKN STAIN ini.

2)   Penyuluhan Imam Masjid dan Musholla

Salah satu masalah yang ada di desa Ponolawen dalam bidang keagamaan adalah masih sedikitnya angggota masyarakat yang mengikuti jamaah sholat fardhu di musholla-musholla. Masalah ini terjadi karena berabagai hal, salah satunya adalah susunan kepengurusan musholla di desa Ponolawen masih belum terbentuk. Melihat keadaan ini tim KKN STAIN mengadakan kegiatan silaturrahmi tokoh masyarakat desa Ponolawen.

Kegiatan ini diadakan di masjid Jammi’ Darussalam pada tanggal 6 Oktober 2015. Sebagai narasumber dalam acara ini, tim KKN STAIN mengundang Drs. H. Dzikron yang merupakan anggota Kementerian Agama kabupaten Pekalongan. Dalam acar tersebut, Beliau memberikan materi tentang “Pentunganya ManajemenKepengurusan Masjid dan Musholla serta komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam Kepengurusan Masjid”. Dari 47 tamu undangan, acara ini hanya dihadiri oleh 31 orang tamu unudangan saja. Namun acara penyuluhan ini dapat berjalan lancar dan hiknat.

3)   Kifayatul Mayyit

Selain kepengurusan musholla, susunan kepengurusan jenazah di desa Ponolawen juga belum terbentuk. Sehingga ketika ada warga desa yang meninggal dan kebetulan bapak Lebe desa Ponolawen berhalangan untuk hadir, maka seringkali warga harus mendatangkan Lebe atau orang yang mumpuni dari desa tetangga. Melihat keadaan ini, tim KKN STAIN akhirnya mengadakan kegiatan Kifayatul Mayyit.

Kegiatan Kifayatul Mayyit ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2015 di masjid Jammi’ Darussalam. Sebagai narasumber dalam acara ini adalah Bapak Abdul Aziz yang merupakan ketua BADQO TPQ kecamatan Kesesi. Dari 35 warga yang diundang, hanya 9 orang warga saja yang dapat hadir. Karena hanya 9 orang saja yang hadir, maka hanya pelatihan pengurusan jenazah saja yang dilaksanakan, sedangakan susunan pengurus jenazah di desa Ponolawen belum bisa terbentuk.

4)   Lokakarya

Melihat potensi budidaya jamur tiram di desa Ponolawen, tim KKN berinisiatif untuk membuat olahan lezat dari jamur tiram. Akhirnya tim KKN memilih siomay jamur tiram untuk kegiatan lokakarya.Kami mengumpulkan  beberapa ibu RT dan kader PKK untuk mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan siomay jamur pada tanggal 23 November 2015 yang bertempat di Posko KKN STAIN Pekalongan.

Harga mentah jamur tiram berkisar antara Rp. 14.000- Rp. 16.000,- per kilonya. Setelah diolah menjadi siomay maka nominal yang diperoleh menjadi empat kali lipat dari harga beli mentahnya setiap kilonya. Usaha siomay jamur tiram ini layak di jalankan, dan jika di kelola dengan manajemen yang baik maka tidak menutup kemungkinan usaha ini dapat berkembang pesat.

Harapannya dengan diadakannya kegiatan ini, warga desa Ponolawen terutama ibu-ibu bisa mendapatlkan tambahan penghasilan dari berjualan siomay jamur.

5)   Supervisi Lembaga Pendidikan di Desa Ponolawen

Tim KKN STAIN Pekalongan melakukan supervisi pendidikan ke beberapa lembaga pendidikan formal yang ada di desa Ponolawen, mulai dari KB, TK, SD, serta SMP. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 9 – 13 November 2015.

Dengan kegiatan supervisi pendidikan ini, bisa diketahui gambaran umum keadaan sekolah, kelas, guru dan keadaan siswa. Sehingga bisa dicarikan pemecahan masalah dan tindak lanjutnya.

6)   Pembentukan Ikatan Remaja Masjid Desa Ponolawen

Berdasarkan permintaan dari kepala desa Ponolawen, KKN STAIN mengumpulkan para remaja untuk mendirikan sebuah organisasi khusus bagi para remaja desa Ponolawen. Setelah diadakan musyawarah, maka terbentuklah struktur organisasi ikatan remaja masjid pada tanggal 6 November 2015. Ikatan remaja masjid yang telah terbentuk tersebut kemudian diberi nama Ikatan Remaja Masjid Darussalam.

7)   Lomba Keagamaan Santri TPQ desa Ponolawen

Kegiatan lomba keagamaan santri TPQ desa Ponolawen ini merupakan hasil kerja sama antara tim KKN STAIN dengan ikatan remaja masjid Darussalam. Kegiatan ini diadakan pada hari Minggu tanggal 15 November 2015 yang diikuti oleh seluruh TPQ desa Ponolawen.Terdapat 4 lomba yang diadakan, yaitu lomba Adzan, lomba Tartil Qur’an, lomba Kaligrafi, dan lomba Fashion Show.

8)   Pengajian Umum dalam Rangka Perpisahan

Pengajian umum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 November 2015 pukul 19.30 WIB di lapangan badminton desa Ponolawen.Sebagai pemberi tausiyah dalam acara ini adalah KH. Sam’ani Sya’roni, M.Ag dari STAIN Pekalongan.Sebagai hiburannya adalah kelompok hadroh Babul Musthofa dari Pekalongan. Antusias masyarakat dalam acara ini sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari membludaknya pengunjung dalam acara pengajian umum ini.

b.    Kegiatan Rutinan Desa Ponolawen

1)        Gema Muharam

Gema Muharam yang bertepatan dengan tanggal 25 Oktober 2015 di lapangan kecamatan Kesesi. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara BADKO, FKDT Kesesi, dan Koordinator Kecamatan KKN STAIN Pekalongan.

Tim KKN ikut berkiprah dalam acara Gema Muharam ini, yang acara inti pada kegiatan ini adalah lomba antar TPQ di Kecamatan Kesesi. Salah satu lombanya yaitu Lomba menghias mobil dan setiap TPQ mengirimkan santrinya untuk pertunjukkan pentas seni yang bertempat di kecamatan kesesi.

2)        Santunan Anak Yatim

Santunan anak yatim diadakan di setiap Dukuh yang ada di Desa Ponolawen, yang dimana di Desa Ponolawen terbagi menjadi tiga dukuh. Dukuh Ponolawen Kulon santunan anak yatim bertempat di Masjid Jammi’ Darussalam, dukuh Brijahan bertempat di Musholla Ghofur Mukminin, dan dukuh Petir bertempat di Musholla Al- Mutaqin. Santunan anak yatim ini diadakan bekerja sama dengan pengurus mushola atau masjid yang akan dijadikan tempat sebagai santunan anak yatim.

Santunan anak yatim dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 10 Muharam, dengan begitu mahasiswa KKN Stain Pekalongan dibagi menjadi tiga tim untuk mengikuti santunan anak yatim yang berada di tiga tempat.

3)        Mengajar TPQ

Mahasisiwa KKN STAIN Pekalongan ikut berkiprah dalam mengajar di TPQ yang ada di Desa Ponolawen, setiap satu TPQ di ajar oleh dua mahasiswa KKN sehingga semua TPQ bisa diajar oleh mahasiswa KKN STAIN Pekalongan. TPQ di desa Ponolawen keseluruhannya berjumlah 6 TPQ yang dimana terletak di dukuh Berijahan ada 2 TPQ yaitu TPQ Al- Uswah dan TPQ Nurul Mu’minin, dukuh Petir ada 2 TPQ yaitu TPQ Nurul Abror dan TPQ As Salam, sedangkan di dukuh Ponolawen kulon ada 2 yaitu TPQ Raudhatul Jannah dan TPQ Baiturrahman.

4)        Mengajar PAUD / KB Al- Abror dukuh Brijahan

Setiap hari senin, selasa, dan rabu tim KKN Ponolawen ada beberapa ikut mengajar di KB/ PAUD desa Ponolawen yang memang hanya trdapat satu PAUD/ KB. Kami disambut dengan gembira dan senyuman oleh para pendidik, anak-anak, serta ibu-ibunya juga.

Pada hari jumat tanggal 13 November 2015 keluarga besar KB AL-ABROR mengadakan kerjasama (kerja bakti) untuk membersihkan dan membuat taman sekolah bekerjasama dengan tim KKN ponolawen. Kondisi fisisk KB al Abror masih dalam prosentase 70%, sebenarnya bangunannya tergolong masih baru namun banyak tembok yang pecah, genteng ada yang bocor, lantai sudah kramik tapi menggelembung, dan belum punya taman bermain anak.

5)        Pengajian Rutinan

Desa Ponolawen termasuk desa religius, hal ini terbukti dengan banyaknya TPQ dan kaum mukmin yang mengikuti pengajian rutinan.

a)        Pengajian Ibi- ibu: sabtu yang bernama Al Mawaddah, sistem pengajian nya dengan mengadakan arisan untuk menentukan rumah yang akan di jadikan sohibul bait. Pengajian ini mengundang ustad sebagai pengisi materi, biasanya kutab yang di gunakan adalah kitab Fiqh, Safitatusshalat, safinatunnajjah.Hari Senin, pengajian Aisiyah yang di bertempat di mushola dukuh petir. Narasumber pengisi materi mengundang dari luar desa ponolawen. Materi yang disampaikan tentang ketauhidan dan menelaah ilmu hadits. Pengajian rutin hari rabu di  ikuti oleh wali murid santri TPQ, pengajian ini sangat menarik karena tidak hanya anak – anaknya yang belajar mengaji al-quran. Umumnya pengajian dilaksanakan pukul 14.00 WIB. Kecuali ritinan marhabanan, marhabanan di laksanakn setiap hari kamis, acaranya ba’dal maghrib dilanjutkan sholat isha berjamaah. Marhabanan selesai pukul 21.00 WIB dilanjutkan dengan diskusiketauhidan dan kenabian.

b)        Pengajian Bapak- bapak: pengajian rutin atau majlis ta’lim dilaksanakan setiap malam kamis, bisa di bilang pengajian keliling rumah jamaah karena menggunakan sistem arisan. Materi yang dibahas mengadopsi dari kitab Ta’lim Muta’alim dam kitab Fathul Ghorib. Kemudian setiap malam jum’at kliwo biasanya ada pengajian khusus di laksanakan di masjid Darussalam.

B.       Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut

1.    Bimbingan Belajar

Dengan diadakannya bimbingan belajar  ini, siswa-siswa desa Ponolawen bisa terbantu dalam menyelesaikan kesulitan belajarnya. Selain itu, dari pihak desa  sedang mengupayakan agar di desa Ponolawen terdapat tempat untuk kegiatan bimbingan belajar.

2.    Penyuluhan Imam Masjid dan Musholla

Dengan diadakannya kegiatan ini, masyarakat desa Ponolawen menjadi tahu akan pentingnya kepengurusan musholla dan masjid. Sehingga mereka sudah mulai membentuk susunan pengurus musholla di dukuh masing-masing.

3.    Kifayatul Mayyit

Dengan adanya kegiatan ini, warga desa Ponolawen bisa lebih mengerti tata cara pengurusan jenazah. Mulai dari memandikan, mengafani, menyolatkan dan menguburkannya. Tetapi pembentukan susunan pengurus jenazah belum bisa terbentuk, karena sedikitnya warga desa yang mengikuti pelatihan.

4.    Lokakarya

Dengan adanya kegiatan lokakarya ini, warga desa Ponolawen bisa membuat hasil olahan dari jamur tiram yaitu siomay jamurr tiram. Dengan kemampuan mereka ini, mereka bisa menjual siomay jamur tiram sehingga bisa menambah penghasilan bagi para warga.

5.  Supervisi Lembaga Pendidikan di Desa Ponolawen

Dengan kegiatan supervisi lembaga pendidikan ini, mahasiswa KKN dapat mengetahui sejauh mana kualitas pendidikan di desa Ponolawen. Setelah data-data supervisi lembaga pendidikan di desa kami dapatkan, data tersebut kami serahkan kepada balai desa untuk selanjutnya bisa dicarikan pemecahan masalah dan solusi untuk perbaikan dan pengembangan lembaga pendidikan agar menjadi lebih baik lagi.

6.    Pembentukan Ikatan Remaja Masjid Desa Ponolawen

Dengan terbentuknya ikatan remaja masjid Darussalam, maka kegiatan memakmurkan masjid bisa terlaksana dengan baik. Karena ikatan remaja masjid Darussalam yang telah terbentuk telah memiliki kegiatan rutin setiap malam Sabtu di masjid dan kegiatan-kegiatan lain untuk memakmurkan masjid.

7.    Lomba Keagamaan Santri TPQ desa Ponolawen

Dengan diadakannya lomba keagamaan santri TPQ, maka bisa diperoleh data minat dan bakat siswa TPQ. Dengan data yang diperoleh dari kegiatan lomba ini, maka minat dan bakat siswa bisa lebih dikembangkan lagi.kemudian jika suatu saat diadakan lomba-lomba keagamaan serupa, siswa-siswi pemenang lomba bisa diikutsertakan kembali karena sudah mempunyai pengalaman.

C.      Partisipasi Masyarakat dan Peran Serta Pemda/Dinas/Instasi

1.      Perpustakaan Masjid

            Ta’mir masjid sangat mengapresiasi sekali dengan didirikannya perpustakaan di masjid Jammi’ Darussalam. Serta remaja-remaja desa ponolawen bisa ikut aktif sebagai  pengurus perpustakaan di masjid untuk mengembangkan perpustakaan  tersebut.

            Selama proses mendirikan perpustakaan dimasjid samapai sekarang belum ada bantuan dari  PEMDA, Dinas, maupun Instansi-instansi yang terkait.

2.      Penyuluhan Imam Mushola

            Dilihat dari jumlah yang hadir pada saat  penyuluhan imam mushola bisa ditarik benang merah bahwa masyarakat kurang antusias dengan kegiatan tersebut. Hanya setengah saja yang hadir dari jumlah undangan yang telah dissebar.  Masyarakat kurang berpartisipaasi dalam kegiatan tersebut. Hal ini terbukti dengan kehadiran undangan yang kami sebar, dari 60 lembar undangan yang hadir hanya 29 orang.          Narasumber yang kami hadirkan dari Kementrian Agama kanupaten Pekalongan. Materi yang disampaikan bertema “Profesionalisasi Kepengurusan Masjid dan Imam Mushola”. Yang di selenggarakan tanggal 27 November 2015.

3.      Kifayatul mayit

            Masyarakat kurang berpartisipasi dalam  kegiatan kifayatul mayat, hanya seperempat saja yang datang dari seluruh undangan yang disebar karena pada hari itu bertepatan dengan adanya istighozah namun kegiatan tersebut tetap berjalan dengan lancar.

            Ketua BADQO Kesesisebagai narasumbersekaligus mempraktikan langsung dengan media boneka sebagai alat peraganya.

4.      Lokakarya

Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan loka karya ini. Tim KKN memberi inspirasi kepada ibu- ibu RT dan anggota PKK untuk ikut serta membuat “ siomay Jamur Tiram”. Kami semangat untuk melakukan kegiatan ini karena manfaat yang di dapat tidak hanya untuk tau cara membuatnyasaja tapi kami memberi manajemen pemasaran dan cara perhitungan untung modal secara teoritis.

5.      Pembentukan Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) desa Ponolawen

Tanggal7 November IRMAS desa Ponolawen dibentuk. Namun remaja desa kurang merespon. Dengan hanya beranggotakanlebih kurang 20 remaja dalam satu desa berhasil kami kumpulkan. Kami terdorong untuk membantu pemerintah setempat dalam pembentukan IRMAS karena menurut kepala desa dan warga setempat, remaja di desa kurang aktif dalam kegiatan desa.

Remaja yang dapat kami kumpulkan hanya 35% persen dari banyaknya remaja desa yang kami liat saat pendataan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan kemajuan desa selain itu juga para remaja cenderung memilih melanjutkan pekerjaannya sebagai penjahit konveksi dari pada meluangkan waktu untuk sekedar berkumpul.

6.      Plangisasi

Sebenarnya warga berharap ada bangunan fisik dari kami. Namun mengingat kami bertemakan “ Pembeerdayaan Masyarakat Berbasis Masjid”, maka kami hanya membantu membuat plang/ papan do’a masuk makan untuk makam dukuh Ponolawen Kulon atau area terdekat dengan posko KKN desa Ponolawen.

D.    Faktor Pendukung dan Penghambat

1.      Faktor Pendukung Kegiatan

a)        Memperoleh perijinan dari pemerintah setempat dan masyarakat dalam setiap kegiatan yang kami lakukan.

b)        Masyarakat bersedia membantu baik moril maupun matriil.

c)        Antusias santri TPQ dan siswa Sekolah Dasar maupun SMP dalam menyambut dan ikut berpartisipasi untuk kegiatan yang diadakan di desa.

2.      Faktor Penghambat

a)      Kurangnya antusias remaja desa dalam keaktifan di setiap kegiatan desa.

b)      Ibu- ibu usia produktif kurang berpartisipatif dalam setiap kegiatan harian maupun mingguan.

c)      Kurangnya kesadaran akan kewajiban untuk menghadiri setiap undangan.

d)     Prasarana yang belum mencukupi untuk kami merealisasikan program.

e)      Kepengurusan masjid yang terstruktur belum bekerja atau berfungsi sebagaimana mestinya.

E.     Kegiatan yang Belum Terlaksana

Kegiatan yang belum dapat terlaksana yaitu pengadaan perpustakaan dan pembentukan kepengurusannya. Hali ini dikarenakan kurangnya dukungan dari segi tempat, dana dan kebersediaan masyarakat dalam kepengurusan.

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Desa Ponolawen adalah suatu desa yang berpotensi, baik dari sosial maupun pertaniannya. Desa Ponolawen terdiri dari tiga dukuh diantaranya dukuh Brijahan, dukuh Petir dan dukuh Ponolawen Kulon. Ketiga dukuh tersebut, mayoritas mata pencahariannya sebagai petani padi. Waktu musim kemarau panjang, sebagian petani beralih profesi sebagai pembuat batu bata. Adapun pemuda yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan yang selanjutnya lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh harian lepas atau merantau ke kota- kota besar sebagai sumber penghasilan.

B.     Saran

Dengan keadan masyarakat didesa Ponolawennampak sebuah permasalahan, sehingga saran untuk Kuliah Kerja Nyata yang akan datang diharapkan dapat:

1.      Dalam hal pertanian perlu diadakan penyuluhan lebih lanjut, hal ini dilakukan agar dapat para petani di desa Ponolawenlebih baik lagi dan memperbarui wawasannya.

2.      Dalam hal pendidikan, perlu diadakan tentang pentingnya bimbingan belajar untuk dapat terus memotifasi anak-anak sekolah lebih giat belajar.

3.      Dalam hal kehidupan sosial, perlu diadakan penyuluhan tentang pentingnya menghargai dan menghadiri setiap undanganpertemuan, apapun jenis dan tema yang di adakan karena ini dapat menjadi sebuah gambaran sebuah desa yang aktif dalam partisipasi dengan masyarakat secara baik, hal ini bertujuan agar sesama warga masyarakat dapat terjalin tali silaturahmi yang kuat dan saling bekerja sama dalam berbagai hal, tidak individualis dan masjid merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan.